Contoh Skrip Drama Komedi : Gembul

SCENE 1
Pak Burhan dan Bu Siti

Operator :
                Pada zaman dahulu kala hidup sepasang suami istri yang bahagia, memiliki sawah dan ladang yang luas, rumah yang mewah dan harta yang melimpah. Namun kebahagiaan mereka terasa kurang sempurna karena selama hamper 10 tahun menjalani hidup berumah tangga mereka belum dikarunia seorang anak.

Music disetel : (mandul)

Selama music disetel, Pak Burhan dan Bu Siti berjalan di atas panggung dengan bergaya menirukan suara music (lipsing).

Musik berhenti.

Pak Burhan berkata sambil memandang Bu Siti :
                “ Istriku … sudah 10 tahun kita berumah tangga, tapi belum punya anak, bagaimana kalau nanti malam kita berdoa memohon kepada Allah, sholat malam agar dikaruniai anak”

Bu siti berkata :
“ Iya suamiku… mudah- mudahan kali ini doa kita dikabulkan “

Pak Burhan dan Bu Siti ke pojok panggung dan memakai pakaian sholat, kemudian kembali ke tengah panggung dan mengambil posisi duduk tahiyyat Akhir. Pak burhan ada di depan sebagai imam.

Pak. Burhan :
                “ Assalamu’alaikum warohmatullah (sambil menoleh kea rah kanan )
                “ Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh ( sambil Menoleh kea rah kiri )

Pak Burhan menoleh ke belakang sambil berbicara pada Istrinya :
                “ Istriku… ayo kita berdoa… nanti kamu bilang Amiin ya…

Bu Siti berkata :
                “ iya suamiku … beres”

Pak Burhan mulai berdoa :
                “ Ya Allah… sudah 10 tahun kami menikah. Tapi belum dikaruniai seorang anak. Ya Allah… berikanlah kami seorang anak untuk melengkapi kebahagiaan kami bagaimanapun bentuknya…

Bu Siti memotong doa pak Burhan :
                “ kok doanya begitu pak… nanti kalau dikasih anak bentuknya kayak anak kebo bagaimana ?”
Pak Burhan menjawab :
                “ ya masa kayak anak kebo sih bu. Enggak lah… udahlah bu… bilang Amiin aja… yang penting kan dikasih anak”
Bu Siti :
                “ ya Sudah pak… Aaaaammmiiiiinnnnnnnnnnnnnnnn”






SCENE 2
Pak Burhan
Bu Siti
Gembul

Suara Petir
Suara Petir dan Hujan

Panggung di tutup dengan tirai
Tirai digoyang- goyang
Masih ada suara petir dan hujan

Bu Siti :
                “ Aduh pak… perutku sakit… sepertinya aku mau melahirkan…”

Pak Burhan :
                “ iya bu… sudah bu lahirkan saja…”

Tirai masih bergoyang
Suara petir dan hujan masih terdengar

Tirai berhenti bergoyang
Petir dan hujan berhenti

Genbul :
                “ oa…. Oa…….. oa…. Emmmmaaaaaaa…… bapaaaaaaaakkkkkkk……”

Tirai dibuka…

Pak Burhan :
                “ bu… kita punya anak… gede banget anaknya”

Bu Siti :
                “ Iya pak… kita punya anak… kasih nama siapa pak…? “

Pak Burhan :
                “ Kita kasih nama GEMBUL bu…”
Bu Siti :
                “Gendong pak…!”
Pak Burhan :
                “ Enggak kuat bu”

Gembul menangis lagi

                “ oa…. Oa…. Oaa……   emmmmmaaaaaa….. bapaaaakkkkkkkkkk”
                “ oa…. Oa…. Oaa……   emmmmmaaaaaa….. bapaaaakkkkkkkkkk”
                “ oa…. Oa…. Oaa……   emmmmmaaaaaa….. bapaaaakkkkkkkkkk”
                “ oa…. Oa…. Oaa……   emmmmmaaaaaa….. bapaaaakkkkkkkkkk”




SCENE 3
Pak Burhan
Bu Siti
Gembul

Operator :
                Pak Burhan dan Bu Siti akhirnya memiliki seorang anak yang diberi nama Gembul. Gembul tumbuh menjadi anak yang besar dan doyan makan. Usia 1 tahun, gembul bisa makan 2 bakul nasi dalam sehari. Usia 5 tahun, Gembul bisa menghabiskan 1 karung beras. Dan begitu seterusnya. Gembul selalu minta makan seakan tidak pernah merasa kenyang. Sampai pak Burhan dan Bu Siti menjadi miskin karena menuruti kemauan si Gembul.

Gembul :
                “Emmak… makan ma… gembul lapar”

Bu Siti datang membawa sebakul nasi :
                “ Baru makan sebakul nasi tadi pagi sekarang udah minta makan lagi, belum juga 2 jam Gembul…”

Pak Burhan :
                “ Beras kita di lumbung sudah habis bu. Uang kita juga sudah habis untuk ngasih makan si Gembul bertahun- tahun”

Gembul :
                “Gembul Lapar pak, Bu,,, Gembul mau makan”

Pak Burhan berbisik pada Bu Siti.
                “Bu. Kita usir saja si Gembul dari rumah. Dia sudah besar. Suruh dia mengembara di Luar”
Bu Siti :
                “Tapi gak tega pak, Lihat si Gembul… Nanti dia makan diamana”
Pak Burhan :
                “Sudah bu. Biarkan saja… dia sudah besar kan. Pasti bisa cari makan sendiri di luar”

Pak Burhan dan Bu Siti mendekati Gembul yang sedang asik makan.
Pak Burhan :
                “Gembul… bapak sama ibu mau ngomong sesuatu”
Gembul :
                “ Iya pak… ngomong aja pak… tapi gembul sambil makan ya”
Pak Burhan :
                “Gembul, bapak sama ibu sudah tidak bisa lagi ngasih kamu makan. Bapak udah gak sanggup. Terpaksa Bapak sama Ibu mau minta kamu pergi dari rumah. Mengembara, buat cari pengalaman”

Gembul berhenti makan, gembul diam dan kemudian menangis
Gembul :
                “Bapak sama Ibu enggak sayang ya sama Gembul”
Bu Siti :
                “Bapak sama Ibu sayang sama Gembul. Tapi Gembul bisa lihat sendiri, harta kita sudah abis nak… buat kamu makan setiap hari “

Gembul :
                “Tapi gembul takut Bu”
Pak Burhan :
                “Tenang Gembul. Ini bapak kasih kamu senjata untuk dibawa. Ini warisan kakek kamu. Belum pernah bapak pakai. Kalau kamu terdesak, kamu bisa pakai ini”

Pak Burhan mengeluarkan sesuatu dari bajunya berbentuk keris tapi kecil
Pak Burhan :
                “ini namanya keris tujuh lipat. Kalau kamu dijalan nanti terdesak, pakai saja keris ini”

Gembul :
                “iya pak. Bu… kalau begitu Gembul Pergi”

Gembul Bersalaman kepada bapak dan ibunya. Kemudian pergi…





Scene 4
Gembul
Tendang Gunung

Operator :
                Gembul diusir dari rumah. Dengan rasa sedih sambil menangis sepanjang jalan, Gembul terus melangkah meninggalkan rumahnya jauh pergi ke tengah hutan.

Gembul naik ke atas panggung sambil menangis.
                “ Huhuhuhuhuuuu… mau kemana ini ya… perul Gembul Lapar”

Gembul Terus menangis.

Operator :
                Di saat Gembul sedang menangis. Terlihat seseorang duduk di atas sebongkah batu yang juga sedang menangis.

Gembul :
                “Siapa itu ya… sepertinya sedang menangis”

Gembul datang menghampiri orang tersebut (tending Gunung)

Gembul :
                “Hei… sedang apa kau menangis disini? Di tengah hutan yang sepi”

Tendang Gunung:
                “ Hu… Hu.. aku diusir dari rumah”

Gembul :
                “sama donk. Aku juga diusir dari rumah. Dari pada menangis disini, mendingan kita jalan bersama. Siapa nama kamu, namaku Gembul”

Tendang Gunung:
                “Namaku Tendang Gunung, ayo kita jalan bersama”

Operator :
                Gembul kini tidak sendirian, ada teman yang ditemui yang senasib dengannya diperjalanan. Belum lama Gembul dan Tendang gunung berjalan, terlihat dikejauhan seorang anak sedang menangis.

Gembul :
                “Siapa itu ya sedang menangis?”
Tendang Gunung :
                “Hati- hati Bul, jangan- jangan dedemit hutan”

Gembul dan tendang Gunung Mendekati orang tersebut

Gembul :
                “Hei.. Sedang apa kau disini… kenapa menangis?”
 Sepak Aren :
                “Aku lagi sedih, aku diusir dari rumah”
Tendang Gunung:
                “sama donk, kita berdua juga diusir dari rumah, ayo deh jalan bareng”
Gembul :
                “Iya ayo jalan bareng aja, namaku Gembul”
Tendang Gunung:
                “ Aku tendang Gunung, kamu siapa”

Kompa Laut:
                “namaku Kompa Laut”

Operator :
                Gembul kini mempunyai dua orang teman diperjalanannya, Tendang Gunung dan Kompa Laut
Mereka bertiga terus berjalan di tengah hutan yang lebat dan sampai akhirnya melihat seorang anak sedang menangis.

Gembul :
                “Wah… ada yang nangis lagi tuh… pasti diusir juga nih… “
Tendang Gunung:
                “udah deh langsung aja kita Tanya namanya siapa terus ajak jalan. Kasian penonton dialognya itu- itu aja dari tadi”

Gembul :
                “ Ayo dah…”
                “Hei… nama kamu siapa? Pasti diusir dari rumah ya?”

Sepak Aren :
                “Aku sepak aren, Kok tau aku diusir dari rumah”

Kompa Laut :
                “ Ya iyalah… kan kita semua juga sama diusir dari rumah”

Gembul :
                “ Kenalin nih, aku Gembu, Ini Tendang Gunung dan ini Kompa Laut”

Operator :
                Gembul, Kompa Laut, Tendang Gunung dan Sepak Aren berjalan menyusuri hutan yang lebat, mereka berjalan dengan riang gembira…
Sampai akhirnya muncul berbagai halangan dan rintangan.



SCENE 5
Gembul
Kompa Laut
Sepak Aren
Tendang Gunung

Gembul :
                “ Lihat, ada gunung tinggi menghalangi jalan kita, kalau kita berputar pasti tambah jauh, aku capek dan lapar”

Tendang Gunung :
                “ Tenang Bul… Serahkan saja sama aku si Tendang Gunung”

Tendang gunung menendang gunung besar itu dan gunung itu pun terpental jaul

Mereka berjalan lagi, di tengah perjalanan ada halangan lagi

Gembul :
                “ Wah… banyak sekali batu2 besar, pasti sulit dilewati nih, bagaimana kalau kita berputar”

Sepak aren :
                “ Tenang semuanya,,, serahkan sama sepak aren”

Batu- batu beterbangan dan hilang dari pandangan

Belum lama berjalan ada halangan lagi,

Gembul :
                “aduh… ini kan laut, bagaimana kita menyeberanginya, tidak ada perahu”

Kompa Laut :
                “Eh… jangan sembarangan, kana da kompa laut”

Kompa laut meniup air laut sampai kering dan mereka pun berjalan…

  
SCENE 6

Operator :
                Gembul dan kawan- kawan sampai di sebuah kerajaan, ada yang aneh dengan kerjaan ini, karena  setiap orang mengenakan masker atau penutup hidung. Apakah yang terjadi di kerajaan ini

Gembul :
                “bau sekali kota ini, pantas saja semua orang pakai masker”

Gembul menghampiri seorang pedagang

Gembul :
                “ Permisi pak, kok kota ini bau sekali ya”

Kompa Laut :
                “ Iya pak, bau bingit nih”

Pedagang :
                “ iya mas, disini ada bangkai ikan di tengah kota, tidak ada yang bisa memindahkan bangkai ikan itu”

Gembul dan kawan- kawan
                “ OOOOOOHHHHHHHH….”


Gembul dan kawan- kawan datang ke tengah kota dan melihat bangkai ikan, baru sebentar melihat banggkai ikan, datang raja dan para pengawalnya.

Pengawal :
                “ Perhatian semuanya warga kerajaan, ada pengumuman penting”
                “Raja akan mengadakan sayembara, barangsiapa yang bisa memindahkan bangkai ikan ini, akan diberi hadiah emas dan akan dinikahkan dengan putri raja”

Tendang Gunung :
                “ Wah… temen- temen, boleh juga nih, ikutan yuk…”

Kompa laut:
                “Ayo… ikan begini tinggal ku tiup saja, pasti beres”

Sepak Aren :
                “ Aku sepak pasti mental nih ikan, ikan kecil begini”


Operator :
                Gembul dan kawan- kawan akhirnya mendaftar di sayembara raja dan berniat mendapatkan hadiah dari sang raja berupa emas dan dinikahkan dengan putri.



Scene 7

Operator :
            Hari sayembara telah tiba. Warga kerajaan berkumpul di lokasi tidak terkecuali Gembul dan kawan- kawan.

Pengawal kerajaan naik ke panggung
Pengawal :
            “Perhatian seluruh warga kerajaan. Sayembara akan segera di mulai”

            “ Kita panggil peserta pertama …. Berikan tepuk tangan yang meriah kepada Tendang Gunung”

Tendang Gunung maju ke depan mendekati bangkai ikan.
            “Penonton semua, warga kerajaan… doain tendang gunung ya…”

Tendang gunung mengambil ancang- ancang…
            “ Bismillahirrohmanirrohim…. Ciiiiiaaaaatttttttttttt”
            “ ADDDDUUUUUHHHHHHH”
Kaki tendang gunung patah. Tendang gunung dibawa dengan tandu

Pengawal :
            “Tendang gunung gagal… kita panggil peserta berikutnya… beri tepuk tangan kepada Sepak Aren…”

Sepak aren maju ke depan
Sepak Aren :
            “Penonton…. Doain saya ya “
            “ Bismillahirrohmanirrohim…. Emmmmmaaaaaaaaaaaaaaaa…..”
            “ AADUDUUUUUUHHHHHHHHH”
Kaki sepak aren terkilir. Sepak aren dibawa dengan tandu”

Pengawal :
            “Sepak aren Gagal… peserta selanutnya… Kompa Laut”

Kompa Laut maju
Kompa Laut :
            “Bismillahirrohmanirrohimmmmmmmm….”
Kompa laut menarik napas dalam- dalam dan meniup bangkai ikan…. Bangkai ikan bergerak sedikit…
Kompa laut mencoba lagi sampai kehabisan napas… kompa laut pingsan.

Pengawal :
            “Semua peserta tidak berhasil… kita panggil peserta terakhir… inilah dia… GEMBUL”

Penonton bersorak…
            “WWWUUUUUUUU…. WWWUUUUUUU”

Gembul maju ke depan
            “Semuanya tolong tenang dulu”

Gembul mengeluarkan keris dari balik bajunya…
Keris pemberian ayahnya…

            “BISMILLAHIRROHMANIRROHIM….”
Gembul hanya menempelkan ujung keris ke bangkai ikan. Ikan langsung terpental dan hilang dari pandangan mata

Penonton bertepuk tangan

Pengawal :
            “Akirnya Gembul ternyata dapat memindahkan bangkai ikan. Gembul adalah juara dari sayembara ini…”

Penonton bertepuk tangan

Raja Naik ke atas panggung bersama putri

Pengawal :
            “karena gembul sudah berhasil memindahkan bangkai ikan. Maka gembul akan mendapat hadiah emas dan akan menikah dengan putri raja”

Raja :
            “Selamat Gembul… kamu berhak mendapat hadiah ini”
Raja memberikan hadiah

            “Selain hadiah… kamu juga akan ku nikahkan dengan anakku”

Gembul :
            “Terima kasih raja”

Putri :
            “baginda raja… saya tidak mau menikah dengan gembul… gendut dan jelek begitu orangnya”

Raja :
            “Walaupun jelek Gembul orang sakti anakku”

Putri :
            “Pokoknya aku tidak mau baginda”

Putri lari turun dari panggung… raja dan pengawal mengejar putri bersama seluruh warga…
Tinggal gembul sendiri di atas panggung…

“Penonton… pada kemana ini orang…?”
“Kabur juga ah… LAPAAAARRRRRRRRRRRR”


SELESAI

Comments

Popular posts from this blog

Contoh MC Acara Haflah

Khutbah Surat Al- Ikhlas

Contoh Undangan Sholat Janazah